Rabu, 11 November 2015

METODE PENGAWASAN MUTU BERDASARKAN UJI ORGANOLEPTIK


PENGAWASAN MUTU PAKAN
METODE PENGAWASAN MUTU BERDASARKAN UJI ORGANOLEPTIK

Di susun oleh:
Lestari Refis Tanjung              1310611180
Cintya Bunga Dinanty             1110612148


Dosen Pembimbing:
Dr. Montesqrit,S.Pt,M.Si




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pakan merupakan komponen biaya yang terbesar dalam proses produksi peternakan. Kita melihat bagaimana pengaruh kenaikan harga pakan dan fluktuasinya terhadap tidak menentunya usaha peternakan yang membuat peternak bingung antara meneruskan usaha atau menghentikannya. Keadaan demikian menunjukkan bahwa pakan merupakan salah satu faktor yang penting di dunia usaha peternakan. Saat ini harga pakan cenderung meningkat terus sehingga rasio harga produk ternak dan harga input produksi ternak menciut dan sering sampai keadaan merugi. Sehubungan hal tersebut belakangan ini ada indikasi banyak pemalsuan bahan baku pakan yaitu ada kesengajaan pencampuran bahan-bahan yang bermutu rendah dengan harapan bisa mengeruk keuntungan, akibatnya bahan-bahan yang beredar di pasaran kualitasnya kurang terjamin. Titik tolak keberhasilan dalam beternak adalah kemampuan menyediakan pakan yang sempurna, dalam arti pakan yang nilai gizinya tinggi.
Usaha mencapai maksud tersebut harus menguasai cara-cara penilaian dan penentuan kualitas bahan baku yang akan digunakan untuk menyusun ransum pakan tersebut. Oleh karena itu disamping memenuhi persyaratan serta bisa menerapkan tata laksana yang benar, peternak harus bisa memilih pakan yang bermutu tinggi yang bisa dipertanggung jawabkan secara ekonomis. Namun ironisnya kualitas bahan baku pakan hanya dapat dikontrol manakala tersedia dalam jumlah besar dengan pertimbangan biaya dan waktu, ini salah satu bukti bahwa persyaratan kualitas sering diabaikan, akibatnya kualitas ransum tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan penulisan makalah ini memberikan informasi bagaimana cara menentukan kualitas dari beberapa bahan baku yang umum dipergunakan secara organoleptik. Diharapkan dengan cara tersebut dapat membantu dan memudahkan konsumen dalam menentukan kualitas bahan baku yang akan digunakan sebagai ransum pakan ternak.
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Uji Organoleptik atau uji indera atau uji sensori sendiri merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari rasa, bau/ aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat makanan dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah hasil dari sejumlah faktor pengamatan yang masing-masing mempunyai sifat tersendiri. Contoh keterlibatan panca indera dalam uji organoleptik, yaitu  Rasa (taste) dengan 4 dasar sifat rasa, yaitu manis, asam, asin dan pahit; Tekstur (konsistensi) adalah hasil pengamatan yang berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan sebagainya. Bau (odour) dengan berbagai sifat seperti harum, amis, apek, busuk, dan sebagainya; Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat membedakan antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan sebagainya (Hernawati, 2009).
1    1.2  Tujuan
Dengan makalah ini diharapkan penulis mampu memberikan informasi kepada pembaca agar dapat lebih memahami tentang Organoleptik dan dapat Mengetahui Pengertian OrganoleptiK, Mengetahui Tujuan Uji Organoleptik,  Mengetahui Uji Organoleptik di Perusahaa,  Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan, mengetahui  Cara Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan, Mengetahui Penentuan Kualitas Dari Berbagai Bahan Baku Secara Organoleptik, Mengetahui Identifikasi Bahan Pakan Ternak Organoleptik.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi suatu produk adalah :
1. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.
2. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus.
3. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.
4.  Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah. Penentu bahan makanan pada umumnya sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : warna, rasa, tekstur, viskositas dan nilai gizi.

2.2 Tujuan Uji Organoleptik
  • pengembangan produk dan perluasan pasar
  • pengawasan mutu  bahan mentah, produk, dan komoditas
  • perbaikan produk
  • membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing
  • evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru.

2.3  Uji Organoleptik di Perusahaan
Uji organoleptik biasa dilakukan diperusahaan, kegunaannya adalah untuk menilai mutu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan dan formula yang digunakan untuk menghasilkan produk. Selain itu, dengan adanya uji organoleptik, produsen dapat mengendalikan proses produksi dengan menjaga konsistensi mutu dan menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu. Produsen juga dapat meningkatkan keuntungannya dengan cara mengembangkan produk baru, meluaskan pasaran, atau dengan mengarah ke segmen pasar tertentu. Dengan uji organoleptik, produsen juga dapat membandingkan mutu produknya dengan produk pesaingnya sehingga dapat memperbaiki kekurangan produknya dengan cara menyeleksi bahan mentah atau formulasi dari berbagai pilihan atau tawaran.
2.4  Kelebihan dan Kelemahan
Uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena memiliki kelebihan dan kelemahan. Uji organoleptik memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu produk. Selain itu, metode ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, hasil pengukuran dan pengamatannya juga cepat diperoleh. Dengan demikian, uji organoleptik dapat membantu analisis usaha untuk meningkatkan produksi atau pemasarannya. Uji organoleptik juga memiliki kelemahan dan keterbatasan akibat beberapa sifat indrawi tidak dapat dideskripsikan.

2.5 Cara Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan

Penentuan kualitas bahan baku pakan yang akurat secara kimiawi yaitu dianalisis terlebih dahulu di laboratorium . Namun hal ini sulit dilakukan di lapangan , selain memerukan peralatan khusus, hasil analisisnya pun harus menunggu beberapa waktu. Menurut UTAMI (1999), dalam pemilihan bahan baku perlu diperhatikan adalah kepastian bahwa bahan pakan tersebut masih bagus kondisinya, artinya tidak terjadi penguraian zat-zat gizi pakan yang ditandai tidak adanya penggumpalan, tidak ada jamur ataupun bau tengik serta bahan pakan tersebut masih dalam batas waktu simpan. Selain hal diatas bahan baku pakan hendaknya bebas dari zat-zat yang merugikan yaitu bahan yang tidak banyak mengandung serat kasar, garam dan lemak serta bahan pakan tersebut tidak palsu (AAK, 1982).
Untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan dalam pengadaan bahan baku perlu adanya teknik atau orang-orang yang berpengalaman. dalam menentukan pemilihan suatu bahan, supaya segera diketahui mana bahan yang berkualitas baik atau sebaliknya mana bahan yang berkualitas rendah.Berdasarkan pengalaman yang saya peroleh, saya ingin mencoba memberikan cara-penilaian dengan organoleptik untuk menentukan kualitas dari beberapa bahan baku pakan. Penentuan kualitas bahan baku pakan secara organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca indera yang terdiri dari 4 M yaitu:
·    Melihat: Kemasannya, tampilan fisik banyak sedikitnya kerusakan dan apakah ada campuran benda-benda asing.
·         Meraba: Lembab, kering, halus, kasar, panas.
·         Mencium :Segar, tengik, asam dan lain-lain.
·         Merasakan : Asin, tawar. asam dan lain-lain.

2.6   Penentuan Kualitas Dari Berbagai Bahan Baku Secara Organoleptik

1. Jagung
Cara menentukan kualitas jagug biji dengan secara visual yang pertama dilihat bagaimana kemasannya, im penting karena kemasan yang kurang baik mudah terkontaminasi. Kedua dilihat bagaimana tampilan fisiknya, jagung yang baik terlihat segar, tidak berlubang clan tidak banyak debu serta kotoran. Jagung yang kusam menggambarkan jagung tersebut sudah lama disimpan, biasanya timbul serangga dan Untuk menentukan kandungan kadar air yaitu dengan cara memasukkan telapak tangan kita kedalam karung, apabila terasa panas menunjukkan kadar air jagung masih terlalu tinggi. Batas simpan yang bagus kandungan kadar air sekitar 13%
(SAENONG, 1988). Kandungan kadar air yang masih tinggi sangat merugikan karena apabila disimpan susutnya banyak, mudah timbul jamur yang memproduksi aflatoxin dan mudah timbul serangga yang mengakibatkan jagung berlubang sehingga menurunkan kualitas.
Penentuan kualitas jagung giling yang beredar di pasar lebih sulit karena partikelnya sudah berupa tepung dan halus. Namun berdasarkan pengalaman masih bisa dibedakan yaitu jagung giling yang berasal dari stok jagung yang baru hasil gilingan antara butiran clan tepung sangat kelihatan, artinya butirannya cukup banyak. Apabila jagung berasal dari stok lama (kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan butirannya sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan dedak jagung, jelas butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan dengan basil giling dan jagung murni.

2. Dedak
Cara menentukan kualitas dedak padi dengan secara visual tidak berbeda dengan jagung, yang pertama dilihat bagaimana kemasannya, karena biasanya pengusaha dedak kurang memperhatikan kualitas karung yang dipakai. Akibat pemakaian karung dengan seadanya dedak yang beredar banyak serangga karena mudah terkontaminasi. Yang kedua kita lihat tampilan dedak, dedak yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya segar tidak tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang baik apabila digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal. Untuk dedak kualitas rendah banyak mengandung campuran sekam, tidak menyatu atau menggumpal bila digenggam.

3. Bungkil kedele
Untuk menentukan kualitas bungkil kedele secara visual sama dengan yang lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya, kedua bagaimana tampilan fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil dan rata, warnanya kekuning-kuningan. Ada juga yang beredar di pasar bungkil kedele dengan butirannya agak besar-besar dan warnanya agak kecoklat-coklatan, kualitas bungkil kedele ini lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diatas. Perlu diwaspadai dalam pemilihan bungkil kedele yaitu adanya kecurangan pengusaha yang sengaja mencampurkah bahan yang bermutu rendah dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dilapangan pernah menemukan CaCO3 (batu kapur) pada setiap karung, artinya disini memang ada faktor kesengajaan agar memperoleh keuntungan, akibatnya peternak yang dirugikan. Dalam penentuan kualitas bungkil kedele yang penting harus betul betul teliti jangan percaya begitu saja yaitu dengan membuka kemasannya (karung) dan memperhatikan secara seksama adakah dalam bungkil kedele tersebut benda-benda asing yang dapat merugikan.

4. Tepung ikan
Tepung ikan kualitasnya sangat bervariasi, tepung ikan impor biasanya kualitasnya terjamin. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus yaitu pertikelnya harus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu menyengat dan apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Namun di pasaran banyak beredar tepung ikan local yang harganya lebih murah dibandingkan harga tepung ikan impor. Pada tepung ikan lokal kelihatannya belum ada standarnya karena sisa-sisa ikan seperti kepala-kepala dan tulang-tulang dipeijual belikan sebagai tepung ikan. Ini menggambarkan kualitas tepung ikan yang beredar di pasaran sangat bervariasi. Tepung ikan seperti diatas pasti jauh kualitasnya apabila dibandingkan dengan tepung ikan utuh yang sengaja dibuat sebagai tepung ikan. Untuk menentukan kualittas tepung ikan harus betul-betul berhati-hati karena apabila salah menentukan akan berakibat fatal karena kandungan proteinnya cukup tinggi.
Dalam pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat khususnya tepung ikan lokal, bagaimana tampilan partikel yang ada. Apabila pada tepung ikan tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya tepung ikan tersebut kualitasnya kurang bagus. Apabila baunya terlalu menyegat ini menandakan proses pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan dipegang agak lembab ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar garam yang tinggi dan jelas kualitasnya rendah. Selain kualitasnya yang bervariasi, yang perlu diwaspadai yaitu adanya pemalsuan seperti yang lainnya. Pernah terjadi kasus dimana salah satu percobaan dengan perlakuan ransum yang kami buat tiba-tiba produksinya turun secara drastis. Setelah dianalisis dan bahan-bahan yang dipakai ternyata ditemukan penyebabnya yaitu kandungan protein tepung ikan yang dipakai hanya 11 setara dengan dedak . Jelas ini betul-betul suatu pemalsuan yang sangat merugikan.

2.7    Identifikasi Bahan Pakan Ternak Organoleptik
1.       Onggok                      
Limbah dari pembutan tepung tapioka ( singkong ) . Bahan tersebut digunkana sebagai sumber energi ( limbah dari bahan baku ). Onggok sendiri berwarna putih tulang dengan tekstur serbuk / tepung halus. Biasanya onggok digunakan pada pakan ternak

2.      Dedak padi
Merupakan basil sisa dan penumbukan atau penggilingan padi. Untuk keperluan penyusunan ransum ayam, dedak bisa diberikan 10-30% (DJANAH, 1985). Dedak ini tersusun dari 3 bagian yang berbeda kandungan zat-zatnya seperti sekam yang mengandung serat kasar dan mineral, selaput beras yang kaya protein , Vit. B. lemak dan mineral, lembaga beras yang mengandung karbohidrat yang mudah dicerna. Kualitas dedak sangat tergantung proporsi dari campuran 3 unsur diatas .
Menurut kualitasnya dedak dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
• Dedak Kasar
Adalah sekam halus yang bercampur dengan sedikit lembaga beras dan daya cernanya rendah .
• Dedak halus biasa
Merupakan hasil sisa penumbukan secara tradisional, banyak mengandung  komponen sekam, selaput beras dan pecahan lembaga beras .
• Dedak lunteh/ bekatul
Merupakan hasil ikutan dan penyosohan beras (slep beras), kualitas dedak ini sangat bagus untuk ternak karena sebagian besar terdiri dari selaput beras, bahan lembaga (menir) dan sedikit mengandung kulit (sekam) . Dalam penentuan kualitas harus waspada karena sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (sekam) yang digiling halus dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.

3.      Tepung Ikan   
Limbah ikan yang berupa kepala dan isi perut yang sudah dihaluskan dan dikeringkan, lalu dihaluskan. Bahan ini digunakan sebagai sumber protein. ( limbah ikan dari proses pengolahan minyak ikan). Tepung ikan berwarna coklat berbau amis, gurih dan bertekstur serpihan halus. Biasanya tepung ikan digunakan sebagai pakan ternak non ruminansia. Secara umum tepung ikan berkualitas baik mengandung protein kasar 60% - 70%. Permasalahan dari tepung ikan adalah semakin lama disimpan aorama ikan akan menghilang oleh karena itu kandungan nutrisinya semakin kecil. Selain itu tepung ikan membutuhkan pengeringan yang tepat karena bila lembab mudah ditumbuhi jamur yang akan merusak kandungan nutrient. Beberapa solusi yang bisa dipakai dalam mengatasi permasalahan tepungikan diantaranya adalah penyimpanan tepung ikan dalam plastic untuk menghindari bakteri dengan jamur yang memicu kerusakan pakan. Penggungaan bahan pengawet agar tepung ikan menjadi lebih tahan lama.
Tepung ikan merupakan bahan pakan berkualitas tinggi bagi ternak, sebagai sumber protein hewani. Tepung ini dibuat dan daging ikan besar atau sisa-sisa ikan yang terlebih dahulu dikeringkan dan digiling sampai halus . Kualitas tepung ikan bermacam-macam tergantung dari proses pembuatan dan macam ikannya . Umumnya tepung ikan yang berasal dari ikan besar mengandung banyak protein dan mudah dicerna, ikan-ikan kecil banyak duri-durinya, lebih banyak mengandung Ca dan P rendah kandungan kadar proteinnya . Pemakaian tepung ikan pada suatu ransum ayam 5-10% (DJANAH, 1985). Kualitas tepung ikan selain sangat bervariasi masih ada masalah lain yang dijumpai dilapangan yaitu adanya campuran bahan yang bermutu rendah. Sebagai contoh pernah ditemukan tepung ikan yang bercampur dengan dedak, oleh karena itu pemilihan tepung ikan harus berhati-hati karena selain sebagai tumpuan nutrisi harganya pun cukup mahal.

4.       Kulit kopi
limbah dari kopi berupa kulit ari yang dikeringkan dan ditumbuk kasar, digunakan sebagai sumber protein nabati bagi ternak. Kulit kopi berwarna coklat kehitaman, berwarna berbau apek dan bertekstur kasar.

5.      Bungkil Kedelai
limbah dari pembuatan minyak kedelai yang sudah dikeringkan, digunakan sebagai sumber ptotein bagi ternak. Bungkil kedelai berwarna coklat muda berbau gurih manis dan bertekstur kasar. Biji kedelai adalah biji-bijian yang tertinggi kandungan proteinnya yaitu sekitar 42%. Sewaktu panen biji kedelai masih cukup tinggi kandungan kadar airnya. Oleh karena itu perlu diturunkan lagi kadar airnya menjadi sekitar 15% agar dapat lama disimpan. Bila digunakan sebagai pakan perlu digiling terlebih dahulu agar mudah dicampur. Bagi ternak non ruminansia ( babi muda dan unggas ) perlu adanay pemansan 1150C selama 10 menit sehingga tidak mengganggu proses pencernaan.
Merupakan bahan baku nabati yang paling baik, kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna serta kaya asam amino esensial. Bungkil kedele sebagai salah satu bahan pokok penting disamping jagung, dedak dan tepung ikan bisa diberikan 5- 20% dalam ransum ayam (DJANAH, 1985) . Dalam penentuan kualitas harus cermat karena harga bungkil kedele cukup mahal dibandingkan dengan jagung atau dedak. Ada indikasi bungkil kedele yang beredar di pasaran tidak murni lagi, sebagai contoh pernah kami temukan pada setiap karung terdapat campuran CaCO3 (Calcium Carbonat) dan ada juga yang dicampur dengan tanah. Dengan adanya contoh temuan diatas menggambarkan adanya factor kecurangan pengusaha dalam mencari keuntungan.

6.      Tepung Jagung
biji jagung yang telah dihluskan digunakan sebagai sumber energi. Tepung jagung berwarna kuning krem berbau manis dan bertekstur tepung halus.

7.      Biji Jagung
Merupakan sumber energi yang baik karena serat kasarnya rendah. Sumber xanthophyl dan asam lemak. Asam lemak jagung sebesar 1,60% sebagai sumber protein atau asam amino juga kurang baik karena hanya mengandung 9 – 10% protein kasar.

8.       Jagung
Jagung merupakan bahan pakan berbutir yang penting dan banyak dipergunakan dalam penyusunan ransum pakan, jagung memiliki mlai gizi yang cukup tinggi, banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber energi. Jagung yang berwarna (kuning, merah) disamping mengandung vit. B juga banyak mengandung karotin, semakin gelap semakin tinggi kandungan karotinnya, sedangkan jagung yang berwarna putih tidak mengandung karotin. Pemakaian jagung dalam suatu ransum ayam bias diberikan 20-40% (DJANAH, 1985) . Pennasalahan di lapangan banyak dijumpai jagung biji dengan kualitas rendah. Sebagai contoh butiran berlubang dan pecah akibat perubahan kadar air selama penyimpanan sehingga mudah diserang hama, seperti Sitophilus zeamis dan Carpophilus dimiatus yang merusak kulit dan memakan endosperm sehingga biji jagung berlubang (SAENONG, 1988). Selain itu pengaruh dari pengeringan yang kurang sempurna merupakan media yang baik untuk pertumbuhan Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoxin (KUSHARTONO, 1996). Begitu juga pada jagung giling yang beredar di pasar banyak pemalsuan yaitu banyak dicampur dengan dedak jagung sehingga kualitasnya menurun.
9.      Bungkil Kelapa Sawit
Bungkil kelapa merupakan bahan pakan hasil samping pengolahan kelapa, baik itu minyak kelapa atau yang lain.Merupakan bahan pakan sumber protein asal nabati, mengandung protein kasar 20 – 26%. Digunakan sebagai bahan pendamping tepung ikan dan jagung kning.Kelemahannya: karena kandungan minyak tinggi sehingga mudah tengik menyebabkan mengganggu selera makan. Bungkil kelapa berwarna coklat tua berbau apek dan bertekstur serbuk
10.  PK2
Hasil dari limbah penggilingan padi. Sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia. PK2 berwarna coklat susu berbau tengik dan bertekstur serbuk

11.   Tepung Batu
 Hasil dari proses penggilingan batu kapur yang digunakan sebagai sumber mineral (hasil dari tambang batu kapur). Berwarna putih kapur dan bertekstur halus/serbuk. Kapur mengandung 36-40% kalsium. Penggunaan dalam ransum 0,43% pada sapi dara. Permasalahan pada kapur antara lain penggunaan yang berlebihan pada dosis tinggi tanpa diikuti phosphor menyebabkan presipitasi garam kalsium pada berbagai jaringan terutama ginjal. Solusinya adalah dengan penambahan Phospor.

12.   Bekatul
Mempunyai kandungan nutrisi yang sedikit berbeda dengan dedak kasar. Kandungan nutrisi dari bekatul adalah energi metabolisme sebesar 1.630 Kkl/kg. protein kasar 10,8%, lemak kasar 2,9% dan serat kasar 4,9%. Hasil proses penggilingan akhir dari padi yang bentuknya lebih halus, digunakan sebagai sumber energi. Bekatul atau Separator berwarna coklat muda berbau apek dan bertekstur bubuk halus

13.  Garam
Garam memiliki warna putih, berbau amis dan bertekstur kasar. Garam berasal dari air laut yang telah di bekukan atau yang telah mengkristal.Komposisi kimia garam adalah Na sebesar 39,34% dan Cl sebesar 60,66%. Harga perkilo dari garam adalah Rp. 300. Garam digunakan dalam ransum sebanyak 0,25-0,5%). Sentra penghasil garam terbesar di Indonesia yang terletak di daerah Madura sedangkan untuk penghasil garam terbesar di Dunia adalah China

14.   Crumble
Berwarna coklat muda berbau amis tekstur butiran aksar, crumble merupakan pakan ternak jadi atau siap diberikan kepada hewan ternak non ruminansia. Crumble merupakan campuran dari beberapa bahan-bahan seperti separator, tepung jagung dan tepung ikan yang telah dipadatkan. Makan ternak tersebut digunakan sebagai sumber energi dan protein.
15.  Pelet
Pelet berwarna coklat muda berbau amis dan betekstur padat. Pelet diberikan kepada hewan ternak non ruminansia. Sama dengan crumble, pelet merupakan campuran dari beberapa bahan-bahan seperti tepung jagung, tepung ikan dan beberapa campuran lain yang digunakan sebagai sumber nutrisi dan protein pada hewan ternak.

16.  Kulit Edamame Belum Dicacah
Kulit edamame belum dicacah memiliki tekstur yang masih berbentuk kulit edamame yang telah di keringkan,berbau apek dan memiliki warna coklat muda

17.  Kulit Edamame Sudah Dicacah
Kulit edamame yang sudah di cacah memiliki warna coklat muda, berbau apek, dan memiliki tekstur serat kasar

18.  Minyak Goreng
Minyak goreng adalah sebagai sumber energi untuk ternak.Minnyak goreng ini diberikan pada ternak ruminansi.
           
19.  Tetes/Molasis
Molases termasuk sumber energi. Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa molasses adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; seratkasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 % (Pond dkk,1995).  Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang memilikikandungan 25 – 40 % sukrosadan 12 – 25 % gulapereduksidengan total kadargula 50 – 60 % ataulebih. Kadar protein kasarsekitar 3 % dankadarabusekitar 8 – 10 %, yang sebagian besarter bentuk dari K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses­ merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak.
Klasifkasi bahan pakan :
No
Bahan Pakan
Klasifikasi
Bahan Pakan Internasional
Uji Organoleptik
Tekstur
Warna
Bentuk
Bau
Rasa
1.
Tepung kulit pisang
Kelas 1. Hijauan kering dan jerami
Halus
Hitam
Butiran
Menyengat
Asin
2.
Tepung tongkol jagung
Kelas 1. Hijauan kering dan jerami
Kasar
Kuning
Serbuk
Khas
Tidak ada rasa
3.
Kulit kakao
Kelas 1. Hijauan kering dan jerami
Kasar
Kuning
Padatan
Khas
Pahit
4.
Kulit kacang tanah
Kelas 1. Hijauan kering dan jerami
Kasar
Coklat
Bulat
Tidak berbau
Tidak ada rasa
5.
Kulit kacang kedelai
Kelas 1. Hijauan kering dan jerami
Kasar
Coklat keputihan
Bulat
Khas
Tidak ada rasa
6.
Jerami padi
Kelas 1. Hijauan Kering dan jerami
Kasar
Kuning
Lembaran
Khas
Pahit
7.
Klobot jagung
Kelas 1. Hijauan Kering dan jerami
Kasar
Putih kekuningan
Lembaran
Menyengat
Tidak ada rasa
8.
Jerami kacang tanah
Kelas 1. Hijauan Kering dan jerami
Kasar
Hijau
Daun
Khas
Tidak ada rasa

9.

Jerami jagung

Kelas 1. Hijauan Kering dan jerami


Kasar

Hijau kuning

Daun

Khas

Tidak ada rasa
10.
Daun ketela pohon
Kelas 2. Pastura
Kasar
Hujau
Daun
Khas
Pahit
11.
Brachiaria brizantha
Kelas 2. Pastura
Kasar
Hijau
Lembaran
Khas
Pahit
12.
Rumput gajah
Kelas 2. Pastura
Kasar
Hijau
Lembaran
Khas
Pahit
13.
Daun jarak
Kelas 2. Pastura
Halus
Hijau
Daun
Khas
Pahit
14.
Daun gamal
Kelas 2. Pastura
Halus
Hijau
Daun
Khas
Tidak ada rasa
15.
Alang-alang
Kelas 2. Pastura
Kasar
Hijau
Lembaran
Khas
Tidak ada rasa
16.
Pollard
Kelas 4. Sumber energi
Halus
Coklat keputihan
Butiran
Amis
Khas
17.
Biji nangka
Kelas 4. Sumber energi
Halus
Coklat keputihan
Bulat
Khas
Tidak ada rasa
18.
Ketela pohon
Kelas 4. Sumber energi
Halus
Putih
Bulat
Tidak berbau
Manis
19.
Shorgum
Kelas 4. Sumber energi
Kasar
Coklat kemerahan
Butiran
Khas
Tidak ada rasa
20.
Jagung kuning
Kelas 4. Sumber energi
Kasar
Orange
Butiran
Khas
Manis
21.
Bekatul
Kelas 4. Sumber energi
Kasar
Coklat kekuningan
Serbuk
Manis
Pahit
22.
Tepung gaplek
Kelas 4. Sumber energi
Halus
Putih
Serbuk
Khas
Tidak ada rasa
23.
Millet
Kelas 4. Sumber energi
Kasar
Hitam, putih coklat
Butiran
Khas
Tidak ada rasa
24.
Jagung putih
Kelas 4. Sumber energi
Kasar
Putih, kekuningan
Biji
Khas
Tidak ada rasa
25.
Kedelai
Kelas 4. Sumber energi
Kasar
Coklat
Biji
Khas
Tidak ada rasa
26.
Onggok
Kelas 4. Sumber energi
Kasar
Putih
Serbuk
Khas
Tidak ada rasa
27.
Tepung ikan
Kelas 5. Sumber protein
Halus
Coklat
Butiran
Amis
Khas
28.
Meat bone meal
Kelas 5. Sumber protein
Halus
Coklat
Butiran
Khas
Tidak ada rasa
29.
Biji jarak
Kelas 5. Sumber protein
Halus
Hijau
Bulat
Khas
Pahit
30.
Tepung daun lamtoro
Kelas 5. Sumber protein
Kasar
Hijau
Serbuk
Khas
Pahit
31.
Tepung daun turi
Kelas 5. Sumber protein
Kasar
Hijau
Serbuk
Khas
Tidak ada rasa
32.
Kulit ari kedelai
Kelas 5. Sumber protein
Kasar
Coklat kekuningan
Butiran
Tidak berbau
Tidak ada rasa
33.
Bungkil kelapa
Kelas 5. Sumber protein
Kasar
Coklat kekuningan
Serbuk
Menyengat
Pahit
34.
Bungkil kelapa sawit
Kelas 5. Sumber protein
Halus
Coklat kehitaman
Serbuk
Menyengat
Tidak ada rasa
35.
Biji kapuk
Kelas 5. Sumber protein
Kasar
Coklat kehitaman
Bulat kecil
Tidak berbau
Tidak ada rasa
36.
Poultry Meat Meal
Kelas 5. Sumber protein
Halus
Coklat
Serbuk
Amis
Pahit
37.
Ampas tahu
Kelas 5. Sumber protein
Halus
Kuning keputihan
Serbuk
Khas
Tidak ada rasa
38.
Kacang tanah
Kelas 5. Sumber protein
Bulat
Coklat
Bulat
Khas
Tidak ada rasa
39.
Tepung bulu
Kelas 5. Sumber protein
Halus
Putih
Halus
Khas
Pahit

40.

Biji kapas

Kelas 5. Sumber protein

Kasar

Coklat kehitaman

Butiran

Khas

Tidak ada rasa
41.
Biji bunga matahari
Kelas 5. Sumber protein
Kasar
Putih
Biji
Khas
Tidak ada rasa
42.
Kapur
Kelas 6. Sumber mineral
Kasar
Abu-abu
Butiran
Tidak berbau
Tidak ada rasa
43.
Tepung kerang
Kelas 6. Sumber mineral
Kasar
Abu-abu
Butiran
Amis
Amis
44.
Tepung tulang
Kelas 6. Sumber mineral
Halus
Putih
Serbuk
Amis
Tidak ada rasa
45.
Mineral mix
Kelas 6. Sumber mineral
Halus
Pink
Serbuk
Menyengat
Pahit
46.
Vitamin mix
Kelas 7. Sumber vitamin
Halus
Pink
Serbuk
Khas
Tidak ada rasa
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2012





BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Penentuan kualitas bahan baku merupakan langkah awal yang sangat menentukan, karena merupakan faktor penentu utama untuk menjaga kualitas pakan. Dalam penentuan bahan baku pakan harus cermat sehubungan beragamnya kualitas bahan baku yang beredar di pasar. Dengan mengetahui cara-cara pemilihan secara visual dan organoleptik tersebut diharapkan dapat membantu konsumen untuk menentukan pilihan kualitas bahan baku yang akan digunakan sebagai pakan ternak.
Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari keterlibatan panca indera dalam uji organoleptik, yaitu rasa, tekstur, bau, dan warna.


DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Citra Aji Pratama. Yogyakarta.
Hartadi, H., Soedomo, R., Allen, D. F. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Ichwan, W. M., 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
Kushartono, Bambang. 2000. Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan Dengan Cara Organoleptik. Balai Penelitian Ternak.
Martawijaya, E. L., 2004. Panduan Beternak Itik Petelur Secara Intensif. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rasyaf. M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf. M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur.  Kanisius. Yogyakarta.
Tillman, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar