PENGAWASAN
MUTU PAKAN
METODE PENGAWASAN MUTU BERDASARKAN
UJI ORGANOLEPTIK
Di
susun oleh:
Lestari
Refis Tanjung 1310611180
Cintya Bunga Dinanty 1110612148
Dosen
Pembimbing:
Dr.
Montesqrit,S.Pt,M.Si
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ANDALAS
PADANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pakan merupakan komponen biaya yang terbesar dalam
proses produksi peternakan. Kita melihat bagaimana pengaruh kenaikan harga
pakan dan fluktuasinya terhadap tidak menentunya usaha peternakan yang membuat peternak
bingung antara meneruskan usaha atau menghentikannya. Keadaan demikian
menunjukkan bahwa pakan merupakan salah satu faktor yang penting di dunia usaha
peternakan. Saat ini harga pakan cenderung meningkat terus sehingga rasio harga
produk ternak dan harga input produksi ternak menciut dan sering sampai keadaan
merugi. Sehubungan hal tersebut belakangan ini ada indikasi banyak pemalsuan
bahan baku pakan yaitu ada kesengajaan pencampuran bahan-bahan yang bermutu
rendah dengan harapan bisa mengeruk keuntungan, akibatnya bahan-bahan yang
beredar di pasaran kualitasnya kurang terjamin. Titik tolak keberhasilan dalam
beternak adalah kemampuan menyediakan pakan yang sempurna, dalam arti pakan
yang nilai gizinya tinggi.
Usaha mencapai maksud tersebut harus menguasai
cara-cara penilaian dan penentuan kualitas bahan baku yang akan digunakan untuk
menyusun ransum pakan tersebut. Oleh karena itu disamping memenuhi persyaratan
serta bisa menerapkan tata laksana yang benar, peternak harus bisa memilih
pakan yang bermutu tinggi yang bisa dipertanggung jawabkan secara ekonomis.
Namun ironisnya kualitas bahan baku pakan hanya dapat dikontrol manakala
tersedia dalam jumlah besar dengan pertimbangan biaya dan waktu, ini salah satu
bukti bahwa persyaratan kualitas sering diabaikan, akibatnya kualitas ransum
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan penulisan makalah ini
memberikan informasi bagaimana cara menentukan kualitas dari beberapa bahan
baku yang umum dipergunakan secara organoleptik. Diharapkan dengan cara
tersebut dapat membantu dan memudahkan konsumen dalam menentukan kualitas bahan
baku yang akan digunakan sebagai ransum pakan ternak.
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan
makanan berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Uji Organoleptik atau uji indera atau uji sensori sendiri merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting
dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan
indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan
sensasi dari rasa, bau/ aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan
suara/pendengaran pada saat makanan dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah
hasil dari sejumlah faktor pengamatan yang masing-masing mempunyai sifat
tersendiri. Contoh keterlibatan panca indera dalam uji organoleptik,
yaitu Rasa (taste) dengan 4
dasar sifat rasa, yaitu manis, asam, asin dan pahit;
Tekstur (konsistensi)
adalah hasil pengamatan yang berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan
sebagainya.
Bau (odour) dengan berbagai sifat
seperti harum, amis, apek, busuk, dan sebagainya; Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang
dapat membedakan antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening,
dan sebagainya (Hernawati, 2009).
1 1.2 Tujuan
Dengan makalah ini diharapkan
penulis mampu memberikan informasi kepada pembaca agar dapat lebih memahami tentang
Organoleptik dan dapat Mengetahui Pengertian OrganoleptiK, Mengetahui Tujuan
Uji Organoleptik, Mengetahui Uji Organoleptik di Perusahaa, Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan, mengetahui Cara Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan, Mengetahui Penentuan
Kualitas Dari Berbagai Bahan Baku Secara Organoleptik, Mengetahui Identifikasi Bahan Pakan Ternak
Organoleptik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Organoleptik
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan
berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Dalam
penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk
adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama
menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan,
mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat
indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi suatu
produk adalah :
1. Penglihatan yang berhubungan dengan
warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis,
panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.
2. Indra peraba yang berkaitan dengan
struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen
penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut
atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus.
3. Indra pembau, pembauan juga dapat
digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk, misalnya
ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.
4. Indra pengecap, dalam hal kepekaan
rasa , maka rasa manis dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin
pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada
bagian belakang lidah. Penentu bahan makanan pada umumnya sangat ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain : warna, rasa, tekstur, viskositas dan nilai
gizi.
2.2 Tujuan Uji Organoleptik
- pengembangan produk dan perluasan pasar
- pengawasan mutu bahan mentah, produk, dan komoditas
- perbaikan produk
- membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing
- evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru.
2.3
Uji Organoleptik di Perusahaan
Uji organoleptik biasa dilakukan diperusahaan, kegunaannya adalah untuk menilai mutu bahan mentah yang digunakan untuk pengolahan dan formula yang digunakan
untuk menghasilkan produk. Selain itu, dengan adanya uji organoleptik, produsen
dapat mengendalikan proses produksi dengan menjaga konsistensi mutu dan menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu.
Produsen juga dapat meningkatkan keuntungannya dengan cara mengembangkan produk
baru, meluaskan pasaran, atau dengan mengarah ke segmen pasar tertentu. Dengan
uji organoleptik, produsen juga dapat membandingkan mutu produknya dengan
produk pesaingnya sehingga dapat memperbaiki kekurangan produknya dengan cara
menyeleksi bahan mentah atau formulasi dari berbagai pilihan atau tawaran.
2.4
Kelebihan dan Kelemahan
Uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena
memiliki kelebihan dan kelemahan. Uji organoleptik memiliki relevansi yang
tinggi dengan mutu produk. Selain itu, metode ini cukup mudah dan cepat untuk
dilakukan, hasil pengukuran dan pengamatannya juga cepat diperoleh. Dengan
demikian, uji organoleptik dapat membantu analisis usaha untuk meningkatkan produksi atau pemasarannya. Uji organoleptik juga memiliki kelemahan
dan keterbatasan akibat beberapa sifat indrawi tidak dapat dideskripsikan.
2.5
Cara Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan
Penentuan kualitas bahan baku pakan yang akurat
secara kimiawi yaitu dianalisis terlebih dahulu di laboratorium . Namun hal ini
sulit dilakukan di lapangan , selain memerukan peralatan khusus, hasil
analisisnya pun harus menunggu beberapa waktu. Menurut UTAMI (1999), dalam
pemilihan bahan baku perlu diperhatikan adalah kepastian bahwa bahan pakan
tersebut masih bagus kondisinya, artinya tidak terjadi penguraian zat-zat gizi
pakan yang ditandai tidak adanya penggumpalan, tidak ada jamur ataupun bau
tengik serta bahan pakan tersebut masih dalam batas waktu simpan. Selain hal
diatas bahan baku pakan hendaknya bebas dari zat-zat yang merugikan yaitu bahan
yang tidak banyak mengandung serat kasar, garam dan lemak serta bahan pakan tersebut
tidak palsu (AAK, 1982).
Untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan dalam
pengadaan bahan baku perlu adanya teknik atau orang-orang yang berpengalaman.
dalam menentukan pemilihan suatu bahan, supaya segera diketahui mana bahan yang
berkualitas baik atau sebaliknya mana bahan yang berkualitas rendah.Berdasarkan
pengalaman yang saya peroleh, saya ingin mencoba memberikan cara-penilaian
dengan organoleptik untuk menentukan kualitas dari beberapa bahan baku pakan. Penentuan
kualitas bahan baku pakan secara organoleptik dilakukan dengan menggunakan
panca indera yang terdiri dari 4 M yaitu:
·
Melihat: Kemasannya, tampilan fisik
banyak sedikitnya kerusakan dan apakah ada campuran benda-benda asing.
·
Meraba: Lembab, kering, halus, kasar,
panas.
·
Mencium :Segar, tengik, asam dan
lain-lain.
·
Merasakan : Asin, tawar. asam dan
lain-lain.
2.6
Penentuan
Kualitas Dari Berbagai Bahan Baku Secara Organoleptik
1.
Jagung
Cara menentukan kualitas jagug biji dengan secara
visual yang pertama dilihat bagaimana kemasannya, im penting karena kemasan
yang kurang baik mudah terkontaminasi. Kedua dilihat bagaimana tampilan
fisiknya, jagung yang baik terlihat segar, tidak berlubang clan tidak banyak
debu serta kotoran. Jagung yang kusam menggambarkan jagung tersebut sudah lama
disimpan, biasanya timbul serangga dan Untuk menentukan kandungan kadar air
yaitu dengan cara memasukkan telapak tangan kita kedalam karung, apabila terasa
panas menunjukkan kadar air jagung masih terlalu tinggi. Batas simpan yang
bagus kandungan kadar air sekitar 13%
(SAENONG,
1988). Kandungan kadar air yang masih tinggi sangat merugikan karena apabila
disimpan susutnya banyak, mudah timbul jamur yang memproduksi aflatoxin dan
mudah timbul serangga yang mengakibatkan jagung berlubang sehingga menurunkan
kualitas.
Penentuan kualitas jagung giling yang beredar di
pasar lebih sulit karena partikelnya sudah berupa tepung dan halus. Namun
berdasarkan pengalaman masih bisa dibedakan yaitu jagung giling yang berasal
dari stok jagung yang baru hasil gilingan antara butiran clan tepung sangat
kelihatan, artinya butirannya cukup banyak. Apabila jagung berasal dari stok
lama (kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan butirannya
sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan dedak jagung,
jelas butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan dengan basil
giling dan jagung murni.
2.
Dedak
Cara menentukan kualitas dedak padi dengan secara
visual tidak berbeda dengan jagung, yang pertama dilihat bagaimana kemasannya,
karena biasanya pengusaha dedak kurang memperhatikan kualitas karung yang
dipakai. Akibat pemakaian karung dengan seadanya dedak yang beredar banyak
serangga karena mudah terkontaminasi. Yang kedua kita lihat tampilan dedak,
dedak yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya segar
tidak tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang baik
apabila digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal. Untuk dedak
kualitas rendah banyak mengandung campuran sekam, tidak menyatu atau menggumpal
bila digenggam.
3.
Bungkil kedele
Untuk menentukan kualitas bungkil kedele secara
visual sama dengan yang lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya, kedua
bagaimana tampilan fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil
dan rata, warnanya kekuning-kuningan. Ada juga yang beredar di pasar bungkil
kedele dengan butirannya agak besar-besar dan warnanya agak kecoklat-coklatan,
kualitas bungkil kedele ini lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diatas. Perlu
diwaspadai dalam pemilihan bungkil kedele yaitu adanya kecurangan pengusaha
yang sengaja mencampurkah bahan yang bermutu rendah dengan harapan memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Dilapangan pernah menemukan CaCO3 (batu kapur)
pada setiap karung, artinya disini memang ada faktor kesengajaan agar
memperoleh keuntungan, akibatnya peternak yang dirugikan. Dalam penentuan
kualitas bungkil kedele yang penting harus betul betul teliti jangan percaya
begitu saja yaitu dengan membuka kemasannya (karung) dan memperhatikan secara
seksama adakah dalam bungkil kedele tersebut benda-benda asing yang dapat
merugikan.
4.
Tepung ikan
Tepung ikan kualitasnya sangat bervariasi, tepung
ikan impor biasanya kualitasnya terjamin. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus
yaitu pertikelnya harus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu
menyengat dan apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Namun di pasaran
banyak beredar tepung ikan local yang harganya lebih murah dibandingkan harga
tepung ikan impor. Pada tepung ikan lokal kelihatannya belum ada standarnya
karena sisa-sisa ikan seperti kepala-kepala dan tulang-tulang dipeijual belikan
sebagai tepung ikan. Ini menggambarkan kualitas tepung ikan yang beredar di
pasaran sangat bervariasi. Tepung ikan seperti diatas pasti jauh kualitasnya
apabila dibandingkan dengan tepung ikan utuh yang sengaja dibuat sebagai tepung
ikan. Untuk menentukan kualittas tepung ikan harus betul-betul berhati-hati
karena apabila salah menentukan akan berakibat fatal karena kandungan
proteinnya cukup tinggi.
Dalam pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat
khususnya tepung ikan lokal, bagaimana tampilan partikel yang ada. Apabila pada
tepung ikan tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya tepung ikan tersebut
kualitasnya kurang bagus. Apabila baunya terlalu menyegat ini menandakan proses
pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan dipegang agak lembab
ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar garam yang tinggi dan
jelas kualitasnya rendah. Selain kualitasnya yang bervariasi, yang perlu
diwaspadai yaitu adanya pemalsuan seperti yang lainnya. Pernah terjadi kasus
dimana salah satu percobaan dengan perlakuan ransum yang kami buat tiba-tiba
produksinya turun secara drastis. Setelah dianalisis dan bahan-bahan yang
dipakai ternyata ditemukan penyebabnya yaitu kandungan protein tepung ikan yang
dipakai hanya 11 setara dengan dedak . Jelas ini betul-betul suatu pemalsuan
yang sangat merugikan.
2.7
Identifikasi Bahan Pakan Ternak
Organoleptik
1.
Onggok
Limbah dari pembutan tepung tapioka ( singkong ) . Bahan
tersebut digunkana sebagai sumber energi ( limbah dari bahan baku ). Onggok
sendiri berwarna putih tulang dengan tekstur serbuk / tepung halus. Biasanya
onggok digunakan pada pakan ternak
2. Dedak
padi
Merupakan basil sisa
dan penumbukan atau penggilingan padi. Untuk keperluan penyusunan ransum ayam, dedak
bisa diberikan 10-30% (DJANAH, 1985). Dedak ini tersusun dari 3 bagian yang
berbeda kandungan zat-zatnya seperti sekam yang mengandung serat kasar dan
mineral, selaput beras yang kaya protein , Vit. B. lemak dan mineral, lembaga
beras yang mengandung karbohidrat yang mudah dicerna. Kualitas dedak sangat
tergantung proporsi dari campuran 3 unsur diatas .
Menurut
kualitasnya dedak dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
•
Dedak Kasar
Adalah
sekam halus yang bercampur dengan sedikit lembaga beras dan daya cernanya
rendah .
•
Dedak halus biasa
Merupakan
hasil sisa penumbukan secara tradisional, banyak mengandung komponen sekam, selaput beras dan pecahan
lembaga beras .
•
Dedak lunteh/ bekatul
Merupakan
hasil ikutan dan penyosohan beras (slep beras), kualitas dedak ini sangat bagus
untuk ternak karena sebagian besar terdiri dari selaput beras, bahan lembaga
(menir) dan sedikit mengandung kulit (sekam) . Dalam penentuan kualitas harus
waspada karena sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (sekam) yang
digiling halus dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.
3. Tepung Ikan
Limbah ikan yang berupa kepala dan isi perut yang sudah
dihaluskan dan dikeringkan, lalu dihaluskan. Bahan ini digunakan sebagai sumber
protein. ( limbah ikan dari proses pengolahan minyak ikan). Tepung ikan
berwarna coklat berbau amis, gurih dan bertekstur serpihan halus. Biasanya
tepung ikan digunakan sebagai pakan ternak non ruminansia. Secara
umum tepung ikan berkualitas baik mengandung protein kasar 60% - 70%. Permasalahan dari
tepung ikan adalah semakin lama disimpan aorama ikan akan menghilang oleh
karena itu kandungan nutrisinya semakin kecil. Selain itu tepung ikan
membutuhkan pengeringan yang tepat karena bila lembab mudah ditumbuhi jamur
yang akan merusak kandungan nutrient. Beberapa solusi yang bisa dipakai dalam
mengatasi permasalahan tepungikan diantaranya adalah penyimpanan tepung ikan
dalam plastic untuk menghindari bakteri dengan jamur yang memicu kerusakan
pakan. Penggungaan bahan pengawet agar tepung ikan menjadi lebih tahan lama.
Tepung ikan merupakan bahan pakan berkualitas tinggi
bagi ternak, sebagai sumber protein hewani. Tepung ini dibuat dan daging ikan
besar atau sisa-sisa ikan yang terlebih dahulu dikeringkan dan digiling sampai
halus . Kualitas tepung ikan bermacam-macam tergantung dari proses pembuatan
dan macam ikannya . Umumnya tepung ikan yang berasal dari ikan besar mengandung
banyak protein dan mudah dicerna, ikan-ikan kecil banyak duri-durinya, lebih
banyak mengandung Ca dan P rendah kandungan kadar proteinnya . Pemakaian tepung
ikan pada suatu ransum ayam 5-10% (DJANAH, 1985). Kualitas tepung ikan selain
sangat bervariasi masih ada masalah lain yang dijumpai dilapangan yaitu adanya
campuran bahan yang bermutu rendah. Sebagai contoh pernah ditemukan tepung ikan
yang bercampur dengan dedak, oleh karena itu pemilihan tepung ikan harus
berhati-hati karena selain sebagai tumpuan nutrisi harganya pun cukup mahal.
4. Kulit kopi
limbah dari kopi berupa kulit ari yang dikeringkan dan
ditumbuk kasar, digunakan sebagai sumber protein nabati bagi ternak. Kulit kopi
berwarna coklat kehitaman, berwarna berbau apek dan bertekstur kasar.
5. Bungkil Kedelai
limbah dari pembuatan minyak kedelai yang sudah dikeringkan,
digunakan sebagai sumber ptotein bagi ternak. Bungkil kedelai berwarna coklat
muda berbau gurih manis dan bertekstur kasar. Biji kedelai adalah biji-bijian
yang tertinggi kandungan proteinnya yaitu sekitar 42%. Sewaktu panen biji
kedelai masih cukup tinggi kandungan kadar airnya. Oleh karena itu perlu
diturunkan lagi kadar airnya menjadi sekitar 15% agar dapat lama disimpan. Bila
digunakan sebagai pakan perlu digiling terlebih dahulu agar mudah dicampur.
Bagi ternak non ruminansia ( babi muda dan unggas ) perlu adanay pemansan 1150C
selama 10 menit sehingga tidak mengganggu proses pencernaan.
Merupakan bahan baku nabati yang paling baik,
kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna serta kaya asam amino esensial.
Bungkil kedele sebagai salah satu bahan pokok penting disamping jagung, dedak
dan tepung ikan bisa diberikan 5- 20% dalam ransum ayam (DJANAH, 1985) . Dalam
penentuan kualitas harus cermat karena harga bungkil kedele cukup mahal dibandingkan
dengan jagung atau dedak. Ada indikasi bungkil kedele yang beredar di pasaran tidak
murni lagi, sebagai contoh pernah kami temukan pada setiap karung terdapat
campuran CaCO3 (Calcium Carbonat) dan ada juga yang dicampur dengan tanah.
Dengan adanya contoh temuan diatas menggambarkan adanya factor kecurangan
pengusaha dalam mencari keuntungan.
6. Tepung Jagung
biji jagung yang telah dihluskan digunakan sebagai sumber
energi. Tepung jagung berwarna kuning krem berbau manis dan bertekstur tepung
halus.
7. Biji Jagung
Merupakan sumber energi yang baik karena serat kasarnya
rendah. Sumber xanthophyl dan asam lemak. Asam lemak jagung sebesar 1,60%
sebagai sumber protein atau asam amino juga kurang baik karena hanya mengandung
9 – 10% protein kasar.
8.
Jagung
Jagung merupakan bahan pakan berbutir yang penting
dan banyak dipergunakan dalam penyusunan ransum pakan, jagung memiliki mlai
gizi yang cukup tinggi, banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber energi.
Jagung yang berwarna (kuning, merah) disamping mengandung vit. B juga banyak
mengandung karotin, semakin gelap semakin tinggi kandungan karotinnya,
sedangkan jagung yang berwarna putih tidak mengandung karotin. Pemakaian jagung
dalam suatu ransum ayam bias diberikan 20-40% (DJANAH, 1985) . Pennasalahan di
lapangan banyak dijumpai jagung biji dengan kualitas rendah. Sebagai contoh butiran
berlubang dan pecah akibat perubahan kadar air selama penyimpanan sehingga
mudah diserang hama, seperti Sitophilus zeamis dan Carpophilus dimiatus yang
merusak kulit dan memakan endosperm sehingga biji jagung berlubang (SAENONG,
1988). Selain itu pengaruh dari pengeringan yang kurang sempurna merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan Aspergillus flavus yang menghasilkan racun
aflatoxin (KUSHARTONO, 1996). Begitu juga pada jagung giling yang beredar di
pasar banyak pemalsuan yaitu banyak dicampur dengan dedak jagung sehingga
kualitasnya menurun.
9. Bungkil Kelapa Sawit
Bungkil kelapa merupakan bahan pakan hasil samping
pengolahan kelapa, baik itu minyak kelapa atau yang lain.Merupakan bahan pakan
sumber protein asal nabati, mengandung protein kasar 20 – 26%. Digunakan
sebagai bahan pendamping tepung ikan dan jagung kning.Kelemahannya: karena
kandungan minyak tinggi sehingga mudah tengik menyebabkan mengganggu selera
makan. Bungkil kelapa berwarna coklat tua berbau apek dan bertekstur serbuk
10. PK2
Hasil dari limbah penggilingan padi. Sebagai sumber energi
bagi ternak ruminansia. PK2 berwarna coklat susu berbau tengik dan bertekstur
serbuk
11. Tepung Batu
Hasil dari proses
penggilingan batu kapur yang digunakan sebagai sumber mineral (hasil dari
tambang batu kapur). Berwarna putih kapur dan bertekstur halus/serbuk. Kapur mengandung 36-40% kalsium. Penggunaan dalam ransum
0,43% pada sapi dara. Permasalahan pada kapur antara lain penggunaan yang
berlebihan pada dosis tinggi tanpa diikuti phosphor menyebabkan presipitasi
garam kalsium pada berbagai jaringan terutama ginjal. Solusinya adalah dengan
penambahan Phospor.
12. Bekatul
Mempunyai kandungan nutrisi yang sedikit berbeda
dengan dedak kasar. Kandungan nutrisi dari bekatul adalah energi metabolisme
sebesar 1.630 Kkl/kg. protein kasar 10,8%, lemak kasar 2,9% dan serat kasar
4,9%. Hasil proses penggilingan akhir dari padi yang bentuknya lebih halus,
digunakan sebagai sumber energi. Bekatul atau Separator berwarna coklat muda
berbau apek dan bertekstur bubuk halus
13. Garam
Garam memiliki warna putih, berbau amis dan bertekstur
kasar. Garam berasal dari air laut yang telah di bekukan atau yang telah
mengkristal.Komposisi kimia garam adalah Na sebesar 39,34% dan Cl sebesar
60,66%. Harga perkilo dari garam adalah Rp. 300. Garam digunakan dalam ransum
sebanyak 0,25-0,5%). Sentra penghasil garam terbesar di Indonesia yang terletak
di daerah Madura sedangkan untuk penghasil garam terbesar di Dunia adalah China
14. Crumble
Berwarna coklat muda berbau amis tekstur butiran aksar,
crumble merupakan pakan ternak jadi atau siap diberikan kepada hewan ternak non
ruminansia. Crumble merupakan campuran dari beberapa bahan-bahan seperti
separator, tepung jagung dan tepung ikan yang telah dipadatkan. Makan ternak
tersebut digunakan sebagai sumber energi dan protein.
15. Pelet
Pelet berwarna coklat muda berbau amis dan betekstur padat.
Pelet diberikan kepada hewan ternak non ruminansia. Sama dengan crumble, pelet
merupakan campuran dari beberapa bahan-bahan seperti tepung jagung, tepung ikan
dan beberapa campuran lain yang digunakan sebagai sumber nutrisi dan protein
pada hewan ternak.
16. Kulit Edamame Belum Dicacah
Kulit edamame belum dicacah memiliki tekstur yang masih
berbentuk kulit edamame yang telah di keringkan,berbau apek dan memiliki warna
coklat muda
17. Kulit Edamame Sudah Dicacah
Kulit edamame yang sudah di cacah memiliki warna coklat
muda, berbau apek, dan memiliki tekstur serat kasar
18. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah sebagai sumber energi untuk
ternak.Minnyak goreng ini diberikan pada ternak ruminansi.
19. Tetes/Molasis
Molases termasuk sumber energi. Molases merupakan hasil samping
pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat yang menyatakan bahwa molasses adalah limbah utama industri pemurnian gula.
Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya.
Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan
ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molasses
memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; seratkasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar
0,9 %; dan abu 11,9 % (Pond dkk,1995). Molasses
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang
memilikikandungan 25 – 40 % sukrosadan 12 – 25 % gulapereduksidengan total
kadargula 50 – 60 % ataulebih. Kadar protein kasarsekitar 3 %
dankadarabusekitar 8 – 10 %, yang sebagian besarter bentuk dari K, Ca, Cl, dan garam
sulfat; (2) Beet-molasses merupakan pakan pencahar yang normalnya diberikan pada
ternak.
Klasifkasi bahan pakan :
No
|
Bahan Pakan
|
Klasifikasi
Bahan Pakan Internasional
|
Uji
Organoleptik
|
||||
Tekstur
|
Warna
|
Bentuk
|
Bau
|
Rasa
|
|||
1.
|
Tepung
kulit pisang
|
Kelas
1. Hijauan kering dan jerami
|
Halus
|
Hitam
|
Butiran
|
Menyengat
|
Asin
|
2.
|
Tepung
tongkol jagung
|
Kelas
1. Hijauan kering dan jerami
|
Kasar
|
Kuning
|
Serbuk
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
3.
|
Kulit
kakao
|
Kelas
1. Hijauan kering dan jerami
|
Kasar
|
Kuning
|
Padatan
|
Khas
|
Pahit
|
4.
|
Kulit
kacang tanah
|
Kelas
1. Hijauan kering dan jerami
|
Kasar
|
Coklat
|
Bulat
|
Tidak
berbau
|
Tidak
ada rasa
|
5.
|
Kulit
kacang kedelai
|
Kelas
1. Hijauan kering dan jerami
|
Kasar
|
Coklat
keputihan
|
Bulat
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
6.
|
Jerami
padi
|
Kelas
1. Hijauan Kering dan jerami
|
Kasar
|
Kuning
|
Lembaran
|
Khas
|
Pahit
|
7.
|
Klobot
jagung
|
Kelas
1. Hijauan Kering dan jerami
|
Kasar
|
Putih
kekuningan
|
Lembaran
|
Menyengat
|
Tidak
ada rasa
|
8.
|
Jerami
kacang tanah
|
Kelas
1. Hijauan Kering dan jerami
|
Kasar
|
Hijau
|
Daun
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
9.
|
Jerami
jagung
|
Kelas
1. Hijauan Kering dan jerami
|
Kasar
|
Hijau
kuning
|
Daun
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
10.
|
Daun
ketela pohon
|
Kelas
2. Pastura
|
Kasar
|
Hujau
|
Daun
|
Khas
|
Pahit
|
11.
|
Brachiaria
brizantha
|
Kelas
2. Pastura
|
Kasar
|
Hijau
|
Lembaran
|
Khas
|
Pahit
|
12.
|
Rumput
gajah
|
Kelas
2. Pastura
|
Kasar
|
Hijau
|
Lembaran
|
Khas
|
Pahit
|
13.
|
Daun
jarak
|
Kelas
2. Pastura
|
Halus
|
Hijau
|
Daun
|
Khas
|
Pahit
|
14.
|
Daun
gamal
|
Kelas
2. Pastura
|
Halus
|
Hijau
|
Daun
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
15.
|
Alang-alang
|
Kelas
2. Pastura
|
Kasar
|
Hijau
|
Lembaran
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
16.
|
Pollard
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Halus
|
Coklat
keputihan
|
Butiran
|
Amis
|
Khas
|
17.
|
Biji
nangka
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Halus
|
Coklat
keputihan
|
Bulat
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
18.
|
Ketela
pohon
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Halus
|
Putih
|
Bulat
|
Tidak
berbau
|
Manis
|
19.
|
Shorgum
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Kasar
|
Coklat
kemerahan
|
Butiran
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
20.
|
Jagung
kuning
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Kasar
|
Orange
|
Butiran
|
Khas
|
Manis
|
21.
|
Bekatul
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Kasar
|
Coklat
kekuningan
|
Serbuk
|
Manis
|
Pahit
|
22.
|
Tepung
gaplek
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Halus
|
Putih
|
Serbuk
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
23.
|
Millet
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Kasar
|
Hitam,
putih coklat
|
Butiran
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
24.
|
Jagung
putih
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Kasar
|
Putih,
kekuningan
|
Biji
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
25.
|
Kedelai
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Kasar
|
Coklat
|
Biji
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
26.
|
Onggok
|
Kelas
4. Sumber energi
|
Kasar
|
Putih
|
Serbuk
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
27.
|
Tepung
ikan
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Halus
|
Coklat
|
Butiran
|
Amis
|
Khas
|
28.
|
Meat
bone meal
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Halus
|
Coklat
|
Butiran
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
29.
|
Biji
jarak
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Halus
|
Hijau
|
Bulat
|
Khas
|
Pahit
|
30.
|
Tepung
daun lamtoro
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Kasar
|
Hijau
|
Serbuk
|
Khas
|
Pahit
|
31.
|
Tepung
daun turi
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Kasar
|
Hijau
|
Serbuk
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
32.
|
Kulit
ari kedelai
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Kasar
|
Coklat
kekuningan
|
Butiran
|
Tidak
berbau
|
Tidak
ada rasa
|
33.
|
Bungkil
kelapa
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Kasar
|
Coklat
kekuningan
|
Serbuk
|
Menyengat
|
Pahit
|
34.
|
Bungkil
kelapa sawit
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Halus
|
Coklat
kehitaman
|
Serbuk
|
Menyengat
|
Tidak
ada rasa
|
35.
|
Biji
kapuk
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Kasar
|
Coklat
kehitaman
|
Bulat
kecil
|
Tidak
berbau
|
Tidak
ada rasa
|
36.
|
Poultry
Meat Meal
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Halus
|
Coklat
|
Serbuk
|
Amis
|
Pahit
|
37.
|
Ampas
tahu
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Halus
|
Kuning
keputihan
|
Serbuk
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
38.
|
Kacang
tanah
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Bulat
|
Coklat
|
Bulat
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
39.
|
Tepung
bulu
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Halus
|
Putih
|
Halus
|
Khas
|
Pahit
|
40.
|
Biji
kapas
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Kasar
|
Coklat
kehitaman
|
Butiran
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
41.
|
Biji
bunga matahari
|
Kelas
5. Sumber protein
|
Kasar
|
Putih
|
Biji
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
42.
|
Kapur
|
Kelas
6. Sumber mineral
|
Kasar
|
Abu-abu
|
Butiran
|
Tidak
berbau
|
Tidak
ada rasa
|
43.
|
Tepung
kerang
|
Kelas
6. Sumber mineral
|
Kasar
|
Abu-abu
|
Butiran
|
Amis
|
Amis
|
44.
|
Tepung
tulang
|
Kelas
6. Sumber mineral
|
Halus
|
Putih
|
Serbuk
|
Amis
|
Tidak
ada rasa
|
45.
|
Mineral
mix
|
Kelas
6. Sumber mineral
|
Halus
|
Pink
|
Serbuk
|
Menyengat
|
Pahit
|
46.
|
Vitamin
mix
|
Kelas
7. Sumber vitamin
|
Halus
|
Pink
|
Serbuk
|
Khas
|
Tidak
ada rasa
|
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2012
BAB
III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Penentuan kualitas bahan baku merupakan langkah awal
yang sangat menentukan, karena merupakan faktor penentu utama untuk menjaga
kualitas pakan. Dalam penentuan bahan baku pakan harus cermat sehubungan
beragamnya kualitas bahan baku yang beredar di pasar. Dengan mengetahui
cara-cara pemilihan secara visual dan organoleptik tersebut diharapkan dapat
membantu konsumen untuk menentukan pilihan kualitas bahan baku yang akan
digunakan sebagai pakan ternak.
Pengujian secara sensoris/organoleptik
dilakukan dengan sensasi dari keterlibatan panca indera dalam uji organoleptik, yaitu rasa, tekstur, bau, dan
warna.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak
Secara Mandiri. Citra Aji Pratama. Yogyakarta.
Hartadi, H., Soedomo, R., Allen, D.
F. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Ichwan, W. M., 2003. Membuat Pakan
Ayam Ras Pedaging. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
Kushartono,
Bambang. 2000. Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan Dengan Cara Organoleptik.
Balai Penelitian Ternak.
Martawijaya, E. L., 2004. Panduan
Beternak Itik Petelur Secara Intensif. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rasyaf. M. 1992. Seputar Makanan
Ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf. M. 1997. Penyajian Makanan
Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Tillman, A.D., Hartadi, H.
Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. 1991. Ilmu Makanan
Ternak Dasar.Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar